Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

TERNYATA NABI SEORANG DOKTER

 

Saya ingin berbagi cerita dan informasi. Bahwa ternyata, Nabi Muhammad adalah seorang dokter. Resepnya telah ku rasakan sangat ampuh bagi kesehatanku. Bulan kemarin, ketika pulang dari rumah teman, saya mampir ke toko buku Gramedia karena dah lama ga Pergi ke Gramedia. aku menemukan buku yang berjudul “Mukjizat Kedokteran Nabi” yang ditulis oleh orang Arab bernama Mahir Hasan Mahmud dan “Diet Ala Rasullah” penulisnya Indra Kusumah. Sungguh dua buku ini sangat luar biasa. ku baca dari halaman pertama hingga akhir dengan seksama. ku renungi dan aku praktekkan. Di antara isi di dalam buku itu banyak sekali konsep kesehatan yang diterapkan oleh Rasulullah. Mulai dari pola makan, akibat pola makan yang tidak sehat, makanan dan minuman yang disukai oleh Rasulullah, dan makanan dan minuman yang dilarang Rasulullah. Bahkan, di dalam buku tersebut diceritakan adab-adab makan. Aku Praktekkan selama sebulan. Alhamdulillah, penyakit yang ku derita, badanku yang lemas menjadi segar. mungkin perlu ku cuplik sebagian konsep dasar makanan ala rasulullah sebagai pengetahuan para pembaca. Di dalam buku itu ditulis:


Pola hidup sehat sangat terkait erat dengan pola makan yang sehat. Untuk memiliki pola makan yang sehat, maka dibutuhkan pemahaman mendasar terkait dengan konsep kesehatan makanan dan juga konsep dasar terkait dengan makanan.


Konsep yang terkait dengan kesehatan adalah konsep ABCD, yaitu:


Activating


Mengaktifkan sel tubuh untuk mengoptimalkan fungsi dan perannya dalam tubuh. Rasulullah saw sangat concern dengan kecukupan nilai gizi dari makanan yang menjadikan fungsi-fungsi organ tubuh bisa bekerja secara aktif dan optimal.


Balancing


Menyuplai nutrisi yang seimbang ke dalam tubuh. Rasulullah saw memiliki pola makan dan pola hidup sehat yang seimbang. Keseimbangan ini meliputi ruhiyyah (spiritualitas) , fikriyah (intelektualitas) dan jasadiyyah (fisik). Selain itu, ternyata Rasulullah saw sangat memperhatikan keseimbangan struktur gizi dari makanan yang beliau konsumsi.


Cleansing

Membersihkan toksin yang telah menumpuk di dalam tubuh selama bertahun-tahun. Rasulullah saw juga mengajarkan kepada umatnya tentang pembersihan racun dari dalam tubuh (detoksifikasi) , baik dengan makanan yang memainkan fungsi pembersihan toksin-toksin berbahaya, dengan teknik pengobatan (bekam dsb), maupun dengan ajaran-ajaran ibadah seperti shaum.

Cleansing di zaman Rasulullah saw memang bukan hal yang pertama karena mereka hidup di zaman belum banyak terjadi pencemaran. Cleansing hanya dilakukan jika dibutuhkan. Berbeda dengan zaman sekarang yang sangat sulit menghindar dari masuknya toksin ke dalam tubuh.

Defending

Membentuk daya tahan tubuh dari berbagai penyakit. Daya tahan tubuh ini merupakan konsekuensi logis dari pola hidup dan pola makan yang seimbang, aktif dan terbebas dari toksin-toksin berbahaya. Daya tahan fisik Rasulullah saw sangat luar biasa sehingga beliau hanya pernah sakit dua kali. Pertama ketika diracun oleh seorang Yahudi, dan kedua ketika menjelang wafatnya.


Pola Makan Natural


Untuk mendapatkan manfaat yang optimal bagi keseimbangan dan kesehatan, maka dalam mengonsumsi makanan harus memperhatikan 3J, yaitu:


Jadwal



Jadwal makan harus disesuaikan dengan circadian rhytm (irama biologis) yang memiliki jam kerja tetap dan sistematis dalam 24 jam sehari. Circadian rhytm (irama biologis) ini memiliki tiga siklus, yaitu siklus pembuangan, siklus pencernaan, dan siklus penyerapan.

Selain itu, perlu juga dipadukan dengan parameter pencernaan yang langsung dirasakan manusia terkait dengan lapar dan kenyang. Kajian pola makan Rasulullah saw ternyata sesuai dengan jadwal di atas, namun Rasulullah juga memadukannya secara seimbang dengan prinsip “makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang”. Parameter ini bersifat dinamis karena langsung dirasakan dan dihayati oleh pelakunya. Memang dibutuhkan kesadaran yang utuh untuk bisa memadukan secara seimbang kedua parameter tersebut.



Jenis


Rasulullah saw mengonsumsi makanan-makanan alamiah yang mengandung zat-zat kimia organik dan bukan zat-zat kimia sintetik. Zat-zat kimia sintetik dalam jangka panjang seringkali membahayakan tubuh tanpa kita sadari.


Jenis makanan yang dikonsumsi tidak harus sama dengan Rasulullah saw. Allah SWT menciptakan berbagai jenis makanan di berbagai belahan bumi. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi perlu disesuaikan dengan kondisi sekarang dan ketersediaan bahan pangan di daerah masing-masing. Intinya, dalam rangka memenuhi nutrisi yang dibutuhkan tubuh secara seimbang kita harus mengoptimalkan ketersediaan pangan di daerah masing-masing.



Contohnya kurma, di Indonesia bisa tumbuh tapi tidak bisa berbuah karena membutuhkan persyaratan cuaca yang khusus. Akibatnya kurma tidak bisa dibudidayakan di Indonesia. Ketika tidak tersedia kurma, kita bisa mengoptimalkan sumber-sumber pangan yang berasal dari Indonesia dengan kandungan nutrisi yang terdapat pula pada kurma. Tentu saja akan lebih baik jika kita mengonsumsi jenis makanan yang sama dengan Rasulullah saw, namun hal tersebut tidak wajib dilakukan.

 
Jumlah


Rasulullah saw melarang makan secara berlebihan. Contohnya, meskipun daging merupakan makanan kesukaan Rasulullah saw, namun beliau tidak mengonsumsinya secara berlebihan.

Rasulullah saw bersabda, “Makanan satu orang cukup untuk dua orang. Makanan dua orang cukup untuk empat orang. Dan makanan empat orang sebenarnya cukup untuk delapan orang.” (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad dan Darimi)


Rasulullah saw juga bersabda, “Seorang mukmin makan dengan satu usus, sementara orang kafir makan dengan tujuh usus.”(HR Muslim, Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)



Berdasarkan hadits-hadits Rasulullah saw, Ibnul Qayyim membagi jumlah makanan dalam tiga tingkatan, yaitu:


Tingkatan kebutuhan

Tingkatan kebutuhan ini orientasinya pada nilai gizi, bukan sekadar memenuhi perut dengan makanan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Cukuplah bagi manusia untuk mengonsumsi beberapa suap makanan saja yang menegakkan tulang rusuknya...”

Hadits ini menunjukkan orientasi utama makan adalah kecukupan energi dan gizi yang mendukung aktivitas ibadah kepada Allah SWT. Jika tidak mampu memenahan diri untuk mengonsumsi lebih, maka ia berpindah ke tingkatan berikutnya.


Tingkatan cukup

Tingkatan cukup ini adalah mengisi sepertiga perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara yang dibutuhkan untuk bernafas. Ini adalah tingkatan optimal dari segi jumlah bagi seorang muslim dikarenakan perut memiliki kapasitas terbatas. Jika semuanya dipenuhi dengan makanan, maka tidak ada lagi ruang untuk minuman dan udara.....!! !! ^_^


Tingkatan Berlebihan

Tingkatan ini adalah ketika melebihi batas maksimum tingkatan cukup. Tingkatan ini tanpa kita sadari dapat membahayakan pelakunya. Orang yang menderita penyakit diabetes, obesitas, jantung dan stroke sering kali disebabkan oleh pengaturan pola makan yang salah dan berlebihan dalam mengkonsumsi pola makan.




 

Posting Komentar untuk "TERNYATA NABI SEORANG DOKTER"