Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Flexing, Kaya Boongan di Pamerkan dan di percaya melenial dan di Tiru orang

 

Prof. Rhenald Kasali, seorang akademisi dan praktisi bisnis asal Indonesia mengungkap fenomena flexing yang terjadi di masyarakat.

Flexing adalah bentuk pencapaian diri dalam bentuk materi berlimpah. Namun, dipamerkan lewat sosial media dan pemberitaan. Cara ini dilakukan seseorang dengan tujuan memberikan motivasi, branding, maupun tujuan lain. Salah satu pepatah yang diingat Prof Rhenald Kasali adalah Poverty Screams but Wealth Whispers, menurutnya orang-orang kaya itu tidak berisik dan akan malu membicarakan kekayaan.

Seringkali kita melihat belakangan di era sosial media yang berkembang saat ini, banyak orang yang muncul dan semua bisa menjadi orang terkenal melalui cara memamerkan kekayaan yang dimiliki dan menggunakan barang mewah untuk menunjukkan kehebatannya.

Kalau orang kaya beneran biasanya, semakin kaya seseorang maka mereka akan menginginkan privasi dan tidak ingin menjadi perhatian.

Dalam teori Consumer Behaviour, terdapat istilah Conspicuous Consumption yang artinya konsumsi yang sengaja ditunjukkan kepada orang lain. Kebiasaan seperti ini dilakukan untuk membuat orang lain percaya dengan kekayaan yang dimilikinya seperti memiliki mobil yang mewah, rumah berlapis emas, dan ingin menunjukkan sebagai orang hebat. Karena dikalangan masyarakat kita masih banyak yang berpikiran dengan harga yang tinggi ini kualitasnya pasti sangat bagus sekali dan sebaliknya

Dalam menaiki pesawat saja terkadang konglomerat terkenal bukan di kelas Bisnis tapi duduknya di economy class. Kita sering kali melihat ada orang-orang yang pura – pura kaya justru pamer dan menyebutkan nama orang-orang hebat, menggunakan barang-barang mewah untuk menunjukkan kehebatannya. Kalo orang dulu barangkali yang sering dipamerkan adalah memakai emas di gigi,  sekarang orang memamerkan cincin batu permata yang luar biasa mahal, kalung yang berkilau-kilauan, Mobil mewah dan pakaian bermerek bahkan logonya kelihatan besar-besar sekali.

Biasanya kalo semakin kaya orang justru menghendaki privacy dan tidak ingin menjadi perhatian. Akan tetapi mereka yang tidak kaya atau pura – pura kaya justru selalu pamer. Hal seperti itulah yang disebut dengan flexing, bahkan flexing telah digunakan juga dalam marketing. Kita masih ingat beberapa tahun yang lalu ada seorang yang ditangkap polisi karena menipu banyak orang untuk menaruh uang kepadanya dan dijanjiikan bisa mengikuti ibadah umroh dengan harga yang sangat murah. Orang itu memiliki rumah yang begitu mewah bak istana dengan tiang-tiang yang begitu bagus. Bahkan dalam promosinya, dia  dengan pasangannya pergi sampai ke Paris, Itali dan lain sebagainya.  Setelah puas memamerkan benda-benda mewah miliknya tak lama kemudian dia ditangkap polisi karena terlibat kasus penipuan. Akhirnya kita baru tahu ternyata kekayaannya didapat dari cara Flexing.

Konsumsi yang sengaja memang ditujukan kepada orang lain dengan menunjukkan kalau dia memiliki mobil mewah perabotannya dengan merk - merk terkenal serta menunjukkan bahwa dia orang hebat, karena dia beranggapan orang hebat itu memiliki segalanya. Hal tersebut bisa dikatakan dengan teori Signaling. Orang akan mengirim signal kepada orang lain bahwa dia adalah orang yang luar biasa. Akan tetepi ada cara penggunaannya yang lebih soft. Misalnya  Kalau Anda pergi ke dokter Anda akan melihat ada sertifikat dari kampus Terkenal atau dia pernah lulus kursus pendidikan tertentu. Biasanya sertifikat tersebut akan ditarok dibelakang tempat duduk Prakteknya.  Atau bisa kita lihat di salon-salon kecantikan yang saat ini sedang booming, kalau kita lihat mereka juga memasang sertifikat kursus dengan nama-nama terkenal atau dia pernah jadi muridnya orang – orang terkenal tersebut.

Lantas Bagaimana dengan pekerjaan yang tidak bisa diterka kualitasnya?? Katakanlah anda menjadi cenayang atau menjadi seorang terapis yang tidak bisa diketahui hasilnya. Orang akan menerka-nerka saja. Hal ini kita bisa menggunakan cara Conspicuous Consumtion.

 

Kita lihat belakangan di era sosial media ini karena banyak sekali orang yang muncul, semuanya menguasai media dengan mudah. Karena dalam bersosial Media tidak butuh editor dan semua orang bisa menjadi orang terkenal. Kita bisa menyaksikan banyak Youtuber yang menggunakan kekayaan atau seakan-akan kaya untuk menjadi terkenal. Misalnya saja yang ramai pada waktu ada BTS Meals dimana ada seorang gadis kecil namanya Sisca khol dan adiknya Aliya khol yang memamerkan kekayaannya. Mereka membuat nasi goreng dan membeli nasi goreng tersebut, bahkan bukan hanya nasi gorengnya saja tapi termasuk gerobaknya dibeli dengan harga 400 juta. Uang 400jtnya di Pemer disitu dan kemudian Adiknya membeli nasi goreng tersebut dengan harga 200 juta juga di pamer disitu. 


Ada juga yang menjual kosmetik dan memamerkan kepada audiensnya kalau dia memberikan hadiah pada ulang tahun pernikahannya kepada pasangannya berupa Privet Jet, usaha seperti itu bisa menghadiahi pasangannya private jet. Sungguh luar biasa sekali. Seandainya  juga benar seharusnya mereka lebih Melihat sebagai privacy karena mereka akan menghadapi kesulitan nantinya. Benar saja tak lama kemudian yang masuk adalah Dirjen pajak yaitu Direktorat Jenderal Pajak memberikan ucapan selamat kepada Pasangan tersebut. Artinya apa? Pasangan tersebut akan ditagih pajaknya, itu sebabnya orang-orang kaya lama tidak mau menunjukkan bahwa mereka kaya.


Kalau Orang belum kaya mengaku kaya mungkin juga ini adalah gayanya Star UP atau pengusaha-pengusaha baru. Mereka sering kali masih memiliki uang yang sedikit tapi mengaku memiliki follower yang banyak, mendapat investor yang besar dan mengaku penjualannya sudah besar sekali, sudah dapat Funding yang sangat besar sekali. Tapi sebaliknya pengusaha-pengusaha besar justru kalau ada situasi ekonomi apa pun akan selalu mengatakan tidak untung, masih mengalami kerugian.


Penomena yang lain yang bisa kita juga saksikan sekarang ini adalah banyak sekali orang-orang yang kemudian diberi gelar atau menyebut dirinya sebagai Sultan Apakah itu Sultan di daerah A B dan C atau  Crazy Rich dari daerah A, B dan C.

 

Contoh lain adalah ada anak muda yang memamerkan Rumah, dimana dia berada di sebuah rumah yang luasnya puluhan Hektar, untuk jalan kemana-mana dan keliling rumah saja harus menggunakan Golf Car. Kita juga bisa menyaksikan Ada banyak hal dalam rumahnya seperti memiliki ruang keluarganya yang luas kali, di dalam rumah ada liftnya akan tetapi Direktorat Jendral Pajak mengingatkan jangan lupa membayar pajak.

Kita juga menyaksikan ada anak muda yang membuat konten yang menarik perhatian misalnya "Ganteng review dong saldonya?" Ternyata begitu kita lihat angkanya, tertera disitu 11 miliar tapi Tak lama kemudian kita menyaksikan masuk juga komentar Ditjen pajak RI Memberikan komentar sangat sederhana, dirjen pajak cuma membalas "gantengnya". Ini adalah hal-hal yang sangat menarik tapi hal seperti ini mungkin saja hanya senang-senang saja, karena angka bisa diedit pengakuan bisa dibuat. Namun demikian, tentu saja ini bisa ditiru oleh orang lain dan bisa menjadi suatu gaya hidup suatu generasi.  


Beranjak dari situ sekarang kita saksikan dikota - kota besar misalnya Jakarta ada penyewaan iPhone yang harganya hanya antara Rp 40.000 sampai Rp300.000 perhari. karena tidak punya Iphone kita bisa mempunyai iPhone terbaru. Kemudian juga ada foxxy for rent (penyewaan barang – barang branded) yang tarif sewanya mulai dari Rp300.000 sampai dengan Jutaan rupiah. Tempat penyewaan ini selalu mempunyai koleksi - koleksi baru yang bisa dipakai setiap 2 minggu sekali atau disajikan hal baru setiap dua minggu sekali atau sebulan sekali. 


Ada juga sebuah program televisi yang berjudul sobat miss Queen. Acara ini tayang di salah satu tv swasta Indonesia dan ternyata merupakan plesetan dari sobat miskin jadi kita disini yang menonton dianggap Sobat yang miskin dan menyaksikan tayangan para Sultan  yang pamer kekayaan. Mereka memamerkan rumah mereka dan hal – hal harta benda mewah lainnya.

 

Ternyata gejala ini adalah gejala sosial media yang terjadi bukan saja di Indonesia, akan tetapi terjadi di semua negara. Negara-negara yang telah mencapai kemakmuran yang luar biasa juga mengalami hal ini. Contoh Tiongkok yang memang berbeda dengan di Amerika Serikat atau Eropa. Dimana masyarakatnya memang telah menuju sebuah tingkatan tertentu yang mereka sudah tidak begitu mau pamer lagi. Jadi jika kita pergi ke Paris membeli tas mewah, yang ikut antri itu adalah orang-orang yang berasal dari kota atau negara tempat kita sendiri misalnya Indonesia, yang ikut antri juga orang dari Indonesia juga. Ada juga negara tetangga kita satu- satu tambah lagi dengan orang dari Tiongkok.

 

Di Tiongkok misalnya ada seorang blogger yang melakukan eksperimen dan dia bercerita bahwa dia masuk ke dalam kalangan sociality selama satu setengah bulan. Dia mulai melakukan observasi.  Begitu dia masuk dia terkejut ternyata dia hanya diminta uang member 75 dolar. Dia terkejut kok cuma 75 dolar? yang lebih mengejutkan lagi ternyata juga ada syarat mereka harus menyerahkan bukti kepemilikan aset yang hanya dalam "14.891 dolar". Bagi mereka yang benar benar kaya, ini kecil tapi ternyata ada kelompok orang-orang sociality yang kelihatannya memang kaya tetapi ternyata tidak begitu kaya. 14 890 dolar dan 75 dolar ternyata mereka hanya patungan saja untuk bisa tampak mewah. Hal ini telah dimuat di Cina observer. Ternyata mereka hanya melakukan itu untuk berfoto dan menunjukkan kepada orang lain saja.

Bukan hanya itu saja ternyata juga ada training programnya bagaimana seorang perempuan bisa menikah dengan orang-orang kalangan tertentu. Mereka  harus mengikuti rangkaian latihan dan merubah gaya hidupnya serta melakukan operasi bedah plastik. Adapun biayanya dan resikonya seperti apa mereka Jelaskan semua. Kemudian mereka diajarkan bagaimana caranya agar mereka bisa traveling secara grup dari satu tempat ke tempat-tempat tertentu dan mereka bisa membuat foto ala sosialita. Bayangkan fotonya saja diajarkan caranya.

Banyak sekarang orang yang ingin mendapatkan eazy money tanpa harus kerja keras. Dengan cara – cara yang tidak benar. Sebenarnya kekayaan yang diperoleh dengan cara yang cepat biasanya akan hilang dengan cepat. Berbeda dengan kekayaan yang diperoleh dengan kerja kerja biasanya akan langgeng. Jadi bekerja keraslah untuk kaya tanpa harus menipu orang lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar untuk "Flexing, Kaya Boongan di Pamerkan dan di percaya melenial dan di Tiru orang"