Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

IDUL FITRI KE II DI MASA PANDEMI, SEMOGA ALLAH MENGHILANGKAN VIRUS COVID SETELAH IDUL FITRI INI

 

Dalam hitungan jam 1 Syawal 1442 H / 2021 M sebentar lagi akan tiba. Bersama-sama dengan umat Islam semuanya dari segala arah dan penjuru dunia. Di Indonesia setelah selesainya waktu sholat Isya dari sabang sampai merauke tak henti-hentinya mengumandangkan alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil. Bahkan ada sebahagian masyarakat kita, pada malam hari raya Idul Fitri dilakukan takbir keliling yang sudah menjadi budaya secara turun temurun. Hal ini sesungguhnya merupakan manifestasi kebahagiaan setelah berhasil memenangi ibadah puasa, atau sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Walaupun demikian  pada malam Hari Raya tahun ini anjuran pemerintah untuk tidak melakukan takbir keliling di karenakan masih merebaknya virus Covid – 19 di Dunia.

Allah SWT Berfirman yang artinya : “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. ” Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Idul Fitri atau Lebaran tidak hanya dimaknai sebagai hari raya maupun hari kemenangan saja, tetapi juga di maknai sebagai bentuk penguatan silaturrahim di antara keluarga, tetangga, dan masyarakat dengan saling memaafkan dari lubuk hati yang paling dalam. Tradisi maaf-memaafkan ini tidak lepas dari makna Idul Fitri itu sendiri. Kelapangan dada dalam makna ini turut mewarnai Idul Fitri sehingga masyarakat Indonesia menyebutnya Lebaran (asal kata lebar, artinya lapang).

Tradisi saling berkunjung dan bersilaturrahim ini bahkan tidak terjadi pada umat Islam di negara lain. Bila di Negara lain setelah menunaikan sholat Idul Fitri, mereka langsung beranjak ke rumah masing-masing dan hanya merayakannya dengan keluarga. Sedangkan di Indonesia yang mampu memaknai Idul Fitri sebagai hari kemenangan dan kembali suci bersama masyarakat banyak.  

Alasan kuatnya menyambung silaturrahim inilah  pada saat Idul Fitri yang turut menciptakan tradisi mudik atau pulang kampung menjelang lebaran tiba. Berkumpul bersama keluarga, saudara, dan handai taulan di kampung kelahiran. Bahkan yang belum sempat pulang kampung menjelang lebaran karena tidak mendapatkan tiket mudik maupun masih harus bertugas di kota, mereka melakukannya pasca lebaran. Walaupun ada larangan untuk tidak mudik pada lebaran tahun ini, masih banyak saja orang yang nekat untuk melakukan mudik lebaran. Mungkin sebahagian orang sudah sangat kangen dan ingin berkumpul dengan keluarga.

Idul Fitri di Masa Pandemi

Dalam dua tahun belakangan ini, umat Islam di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Fitri dalam situasi pandemi Covid-19 yang belum selesai, sampai saat ini. Suasana hari raya yang biasanya diekspresikan dengan penuh keceriaan dan kebersamaan terpaksa dijalani dengan penuh keterbatasan demi keamanan bersama. Idul Fitri dipenuhi dengan berbagai aktivitas yang membuat umat Islam berkumpul kini terpaksa dijalani dengan protokol kesehatan yang ketat.

1.       Tradisi Takbir Keliling

Banyak memang diantara kita saat lebaran hanya ingin kemeriahan yang melibatkan emosi keagamaan. Seperti melaksanakan takbir keliling secara massal, Namun dengan tiadanya takbir keliling, mungkin saja Tuhan hanya ingin disapa dalam sunyi. Ungkapan takbir, tahlil, dan tahmid yang biasanya menggelegar di ruang-ruang publik, saat ini seakan tidak dibutuhkan. Mungkin Allah hanya ingin di puji melalui bilik-bilik kecil atau sudut-sudut kamar di dalam rumah yang jauh dari keramaian dan terkadang hanya suara bising kendaraan yang terdengar, lelaki dan perempuan berboncengan motor yang bukan muhrimnya dan banyak lagi kegiatan yang jauh dari syariat.

Allah mungkin ingin kita, ketika menjalankan ibadah dan berdoa dengan sepenuh hati, penuh harapan. Pendemi ini mungkin menjadi peringatan bagi kita, untuk tidak riya dalam menjalankan ibadah, kita tidak berlomba – lomba untuk membuat mesjid yang besar dan indah tetapi isinya sangat sedikit. Lihatlah saat ini mesjid besar bahkan harus tutup, kita dipaksa untuk sholat sendiri dirumah. Bisa jadi setelah ini semua kita kembali ke Jalan Allah barulah anugerah-Nya diturunkan. Rahmat Allah SWT diturunka dan  bahaya diangkat secepat mungkin. Pada titik inilah manusia seharusnya sadar, ia tidak memiliki apa-apa. Semua atas kuasa Tuhan yang Maha Perkasa. Manusia hanya makhluk kecil yang penuh kelemahan.

2.       Tradisi Bermaafan

Konsep dasar dari perayaan lebaran adalah ketika kita mampu memberi maaf kepada sesama. Dalam situasi ini, meminta maaf dan memberi maaf jelas dapat dilakukan melalui sarana apa pun, termasuk teknologi. Memaafkan itu tempatnya di hati paling dalam. Apalah artinya jika kita memaafkan di bibir dan sentuhan tubuh tapi terhalang hingga ke hati. Sarana teknologi hanyalah media komunikasi, namun pintu pemaafan tetap ada di lubuk hati. Sehingga hidup akan terasa lebih tenang karena mendapat cinta dari Allah dan dari sesama manusia.

 

3.       Sholat Idul Fitri

Di hari Raya Idul Fitri ini, seluruh umat islam kerap melakukan salat Idul Fitri 2 rakaat. Meski merupakan salat sunah, salat di hari raya ini sangat dianjurkan untuk dilakukan secara berjamaah di tanah lapang, masjid, atau mushala. Akan tetapi, di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini, salat Idul Fitri justru lebih baik dilaksanakan di rumah, baik sendirian maupun bersama anggota keluarga.

Kementerian Agama (Menag) juga mengimbau masyarakat untuk melaksanakan salat Idul Fitri di rumah masing-masing. Jika melakukan salat Idul Fitri secara sendirian, kamu cukup melaksanakan salat ini seperti biasanya dengan membaca surat-surat yang pendek dan tidak perlu ada khotbah.

Bila dilakukan bersama anggota keluarga di rumah harus terdiri dari sedikitnya 4 orang, yaitu 1 orang imam dan 3 orang makmum. Tata cara solatnya sama seperti salat Id biasa. Seusai salat, khotbah dilakukan sesuai ketentuan khotbah Idul Fitri. Namun, bila jumlah jamaah kurang dari 4 orang atau bila dalam pelaksanaan salat jamaah di rumah tidak ada yang bisa memberikan khotbah, salat Idul Fitri boleh dilakukan berjamaah tanpa khotbah.

 

4.       Tetap Menerapkan Protokol Kesehatan

Bila ada tamu yang datang kerumah tidak mungkin kita Menolak kunjungan tamu tersebut hal ini pasti akan terkesan tidak sopan, untuk tetap sehat kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan berikut:

-          Memakai masker ketika menerima tamu.

-          Hindari berjabat tangan.

-          Meminta tamu untuk cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau

-          Siapkan Hand Sanitaizer.

-          Menjaga jarak saat berbincang ( physical distancing).

-          Tidak berlama-lama.

 

 

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar untuk "IDUL FITRI KE II DI MASA PANDEMI, SEMOGA ALLAH MENGHILANGKAN VIRUS COVID SETELAH IDUL FITRI INI"