KETATNYA PERSAINGAN SMARTPHONE, MASIH MAMPUKAH SAMSUNG BERTAHAN DARI GEMPURAN SMARTPHONE ASAL CINA???
Penggunaan
smartphone atau ponsel pintar di Indonesia diprediksi akan terus meningkat.
Pada 2015, hanya terdapat 28,6% populasi di Indonesia yang menggunakan gawai
tersebut. Seiring berjalannya waktu, ponsel pintar semakin terjangkau dan
penggunaannya semakin mudah dan simpel, sehingga akan meningkatkan
penggunaannya pula.
Lebih
dari setengah populasi di Indonesia atau 56,2% telah menggunakan ponsel pintar
pada 2018. Setahun setelahnya, sebanyak 63,3% masyarakat menggunakan ponsel
pintar. Hingga 2025, setidaknya 89,2% populasi di Indonesia telah memanfaatkan
ponsel pintar. Dalam kurun waktu enam tahun sejak 2019, penetrasi ponsel pintar
di tanah air tumbuh 25,9%.
Perusahaan
riset pasar IDC merilis laporan pengiriman smartphone kuartal ketiga (Q3) 2020 Dalam
laporannya, IDC mengungkap ada pertumbuhan penggunaan smartphone sebesar 49
persen dibanding kuartal sebelumnya, dan 21 persen dari periode yang sama tahun
lalu. Dikutip dari laporan IDC, Jumat (27/11/2020) peningkatan ini salah
satunya disebabkan karena aktivitas seperti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang
mendorong pemulihan yang kuad pada Q3 2020.
Sedangkan
menurut Laporan firma riset Counterpoint mengungkapkan Indonesia menjadi salah
satu pasar ponsel yang tengah berkembang di dunia dan didominasi oleh merek
smartphone asal China. Hasil riset Counterpoint menunjukkan bahwa vendor
smartphone asal China menguasai sekitar 73,3 persen dari total pengiriman
(shipment) smartphone di Indonesia. Dari lima besar vendor smartphone di
Indonesia, empat di antaranya adalah vendor ponsel China.
Para
vendor smartphone terlibat dalam kompetisi sengit dalam memperkenalkan berbagai
lini smarphone di segmen harga yang terjangkau.
Ini
menghasilkan pertumbuhan tahunan sebesar 20 persen si segmen ultra low-end, dan
mencapai pangsa pasar sebesar 16 persen setelah penurunan selama tiga kuartal
berturut-turut.
Melihat
Pangsa Pasar Samsung di pasaran smartphone China terus menyusut dari 15 persen
pada 2013 menjadi hanya sekitar 1 persen di 2018, Raksasa elektronik asal Korea
Selatan itu pun telah menutup pabrik ponselnya di Tianjin, di utara China.
"Sebagai usaha lanjutan untuk efisiensi fasilitas produksi kami, Samsung
Electronics harus sampai pada keputusan yang sulit untuk menutup operasional di
pabrik Samsung Electronics Telecommunication (TSTC) di Tianjin," jelas
Samsung dalam sebuah pernyataan.
Penjualan
yang sangat lesu karena smartphone Samsung kalah bersaing dengan merek-merek
China yang berhasil menjadi raja di negeri sendiri, seperti Huawei, Oppo,
Xiaomi, dan Vivo. Dalam dua tahun terakhir, tak satupun ponsel Galaxy besutan
Samsung berhasil masuk daftar 10 ponsel terlaris di China
Sementara
untuk Pasar smartphone Indonesia menjadi medan pertarungan ketat bagi Vivo dan
Oppo. Keduanya saling bergantian jadi pemimpin pasar. Sementara Samsung makin
kesulitan untuk mengejar kedua ponsel China itu.
Berdasarkan
data Canalys, pada kuartal IV-2020, Vivo berhasil menjadi raja smartphone di
Indonesia dari sisi pengiriman (shipment). Pangsa pasar Vivo mencapai 25%.
Peringkat kedua ada Oppo dengan pangsa pasar 24%. Pada kuartal terakhir 2020,
Oppo mencatatkan penurunan pertumbuhan sebesar 9% sementara Vivo stabil alias
0%. Pada kuartal III-2020, peringkat pertama adalah Oppo kemudian disusul Vivo.
Peringkat selanjutnya secara berurutan adalah Xiaomi dengan pangsa pasar 15%,
Realme 15% dan Samsung 14%. Hal menarik lainnya adalah Realme yang kembali
berada diperingkat keempat menggeser Samsung.
Pada
kuartal IV-2020 pengiriman smartphone Samsung di Indonesia anjlok 45% dan
berada di peringkat kelima. Padahal pada kuartal III-2020 pangsa pasar mencapai
15% dan berada di peringkat keempat dengan penurunan pertumbuhan pengiriman
smartphone anjlok 34%.
"Kami
yakin bahwa produk dan strategi pemasaran Realme telah berjalan dengan efektif
selama masa sulit ini," ujar Paslon Yi, Marketing Director Realme
Indonesia dalam keterangan resminya, Kamis (11/2/2021).
“Xiaomi
sebagai “kuda hitam” yang telah melewati berbagai tantangan pertumbuhan di masa
lalu dan berhasil menduduki lima besar pengiriman smartphone terbesar di
Indonesia. Bertolak belakang dengan Oppo dan Vivo, kegiatan marketing campaign
Xiaomi jauh lebih sederhana serta memberikan keuntungan yang lebih sedikit
untuk mitra distribusinya dan mampu memberikan perangkat dengan rasio
price-to-spec yang lebih kompetitif, sehingga memberikan konsumen
value-for-money yang lebih baik. Dengan menerapkan strategi ini, Xiaomi
berhasil memperoleh market share dan mind share yang signifikan,” jelas Risky
Febrian, Market Analyst, IDC Indonesia, pada keterangan tertulis yang disetrima
Selular.ID (7/9/2018).
Sebelumnya,
Oppo dan Vivo mampu melangkah jauh di pasar Indonesia dengan kegiatan marketing
yang agresif dan keuntungan yang lebih besar bagi mitra distribusinya. Hal ini
bersifat disruptif di pasar yang berdampak pada meningkatnya pangsa pasar
smartphone midrange, dimana hal itu berhasil menarik minat konsumen yang
berencana untuk mengganti smartphone-nya.
Adapun
upaya yang dilakukan oleh Samsung untuk menghadang laju pertumbuhan OPPO, VIVO
dan XIOMI adalah dengan mengeluarkan Produk yang terjangkau atau setara dengan
Smartphone dari China. Adapun produk tersebut adalah Galaxi M Series dengan
Varian M 10, M 20 dan M 30. Trus Apanya sich yang Hebat dari M Series Ini, coba
liat gambar dibawah ini:
Hal
ini akan mengubah wajah brand yang selama ini dikenal Sombong dengan dan
Bergengsi, hal ini mungkin dilakukan karena berkaca pada Nokia dan Blackberry yang harus tutup karena kalah dalam bersaing, padahal kedua merk tersebut pernah merajai pasar telekomunikasi dunia.
Akan
tetapi jangan salah juga bahwa Smartphone asal cina yang masuk dalam daftar 5 besar
Penjualan di Dunia, Pemasok utama komponen smarphonenya seperti layar adalah merupakan
produksi Samsung. Samsung Electronics tidak menyia –nyiakan kesempatan ini
dengan mengambil keuntungan dari dominasi pasar mereka yang meningkat di pasar
smartphone yang sangat kompetitif di Tiongkok maupun di Dunia. Meskipun Samsung
masih merupakan penjual smartphone terbesar di dunia, namun Samsung telah
berjuang keras dengan kondisi pasar yang lesu dan kebangkitan pembuat ponsel
Tiongkok. Dengan latar belakang seperti itu, peningkatan kerjasama antara
Samsung dengan Huawei, Xiaomi, OPPO dan Vivo akan mempertahankan momentum
pertumbuhan perusahaan.
Samsung
baru-baru ini mengumumkan bahwa mitranya Xiaomi, akan menggunakan sensor gambar
ISOCELL Bright buatan Samsung untuk smartphone seri Redmi. Perusahaan asal
Korea Selatan itu juga mengatakan sedang mengembangkan sensor yang akan
menggunakan sensor kamera dengan resolusi yang sangat tinggi itu buat
smartphone mereka yang akan datang. Selain Xiomi, OPPO juga memutuskan untuk
menggunakan sensor kamera buatan Samsung.
Sensor
kamera adalah perangkat elektronik yang mengubah cahaya yang diterima oleh
kamera menjadi gambar digital. Sony saat ini mendominasi pasar dengan pangsa
pasar sekitar 50 persen, sedangkan Samsung yang berada di posisi kedua memiliki
sekitar 20 persen. Mengingat pasar sensor kamera complementary metal oxide
semiconductor (CMOS) global diperkirakan akan tumbuh hingga $19 miliar pada
tahun 2022, berdasarkan data terbaru dari IC Insights, Samsung terus
meningkatkan kerjasamanya dengan produsen Tiongkok untuk meningkatkan pangsa
pasarnya.
Selain
sensor kamera, Samsung Display juga akan memasok panel layar OLED ke vendor
Tiongkok termasuk Huawei. Samsung Display dilaporkan akan memasok panel OLED
untuk smartphone.
Jadi
dibalik Peratarungan Sengit dalam Pasar Smartphone ternyata Samsung juga menikmati
keuntungan dari tingginya Penjualan
Smartphone asal Cina tersebut. Karena beberapa Komponen dari smartphone asal
cina tersebut berasal dari Samsung. Eh...eh... ga nyangka ya...
Posting Komentar untuk "KETATNYA PERSAINGAN SMARTPHONE, MASIH MAMPUKAH SAMSUNG BERTAHAN DARI GEMPURAN SMARTPHONE ASAL CINA???"