Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

IKAN YANG DISANTAP DI INDONESIA, DIANGGAP HAMA DI LUAR NEGERI

 

IKAN YANG DISANTAP DI INDONESIA, DIANGGAP HAMA DI LUAR NEGERI

Ada beberapa ikan di Indonesia merupakan makanan Favorit dengan harga yang lumayan mahal, dan kebanyakan ikan ini di beberapa daerah Indonesia, menjadi Andalan makanan atau menjadi makanan Khas. Berbagai macam cara memasak ikan inipun menjadi daya Tarik bagi para penikmat kuliner. Cara penyajiannyapun berbeda dari setiap daerah di Indonesia.

akan tetapi ikan – ikan ini justru menjadi masalah bagi negeri – negara seperti Amerika dan Australia. Mereka bahkan menghabiskan banyak uang untuk mencegah laju populasi ikan ini. Mereka sangat khawatir dengan banyaknya ikan ini di sungai – sungai atau di danau – danau di negera mereka. adapun ikan tersebut adalah :



1.       Gurame Asia

Kota Chicago di AS mempertimbangkan tindakan drastis guna mencegah ikan gurame dan ikan mas berkembang biak di danau-danau besar Amerika Utara. Pemerintah setempat ingin memblokir sistem kanal kota itu untuk mencegah spesies ikan yang dikenal dengan "Asian carp" memasuki Danau Michigan. Langkah itu bisa menelan biaya hingga $18 miliar (Rp211 triliun) dan berdampak pada perekonomian kota, seperti dilaporkan koresponden sains BBC, Pallab Ghosh di Chicago.

Opsi-opsi yang lebih murah sedang dipertimbangkan, termasuk membuat burger dari daging ikan dan menyantapnya hingga ikan itu punah. Ikan gurame dan ikan mas yang merupakan ikan air tawar asli Asia itu awalnya dibawa ke negara-negara bagian di selatan AS tiga dekade lalu untuk mengendalikan pertumbuhan ganggang.

Ikan yang panjangnya bisa mencapai satu meter ini telah menyingkirkan dominasi ikan asli danau di AS, seperti salmon. Salah satu keluhan yang disampaikan adalah ikan-ikan tersebut kerap melompat keluar dari air ketika kapal mendekat. Seorang aktivis lingkungan setempat Michael Beecham mengatakan dalam konsultasi publik mengenai pengalamannya. "Saya naik perahu ke sungai dan ikan-ikan itu berlompatan dan menghantam wajah saya. Mereka adalah masalah besar bagi spesies asli di sini," kata dia.



Padahal ikan ini di Indonesia sangat Pavorit di sajikan dengan di Bakar atau di Goreng menggunakan Sambal Terasi..


2.         Ikan Gabus

Kemunculan seekor ikan kepala ular (Channa argus) baru-baru ini --atau biasa disebut ikan gabus di Indonesia-- di Kabupaten Gwinnett, Georgia, Amerika Serikat, membuat petugas margasatwa setempat kalang kabut. Bahkan, mereka menyarankan kepada seluruh warga di negara bagian itu untuk segera membunuh "Frankenfish" ini saat melihatnya, kemudian membekukannya, dan melaporkan hasil tangkapannya.

Menurut Wildlife Resources Division dari Georgia Department of Natural Resources, 'hukuman mati' itu mungkin terdengar ekstrem, tetapi ada alasan kuat mengapa penduduk harus melakukannya.

Snake-head fish --badan berlendir, bergigi besar, dapat hidup dan bernapas di darat (untuk waktu beberapa hari), dan merayap seperti ular-- dalam beberapa dekade dilaporkan muncul di danau air tawar, kolam dan sungai di Amerika Serikat.

Pemerintah Georgia sendiri ingin mengambil tindakan cepat untuk memastikan hewan air endemik Asia Timur, Malaysia, Indonesia dan Afrika tersebut tidak terus menyebar luas di Negeri Paman Sam.

Kata mereka, ikan yang panjangnya bisa mencapai 91 cm ini dapat merusak ekosistem lantaran memangsa spesies lain dan merajai habitat yang ditempatinya, menurut artikel The New York Post yang dikutip pada Jumat (10/10/2019).

Scott Robinson, manajer operasi perikanan Wildlife Resources Division, menceritakan bahwa para pejabat departemen dihubungi oleh seorang nelayan pada pekan lalu.

Robinson menambahkan, ikan gabus tidak hanya rakus, tetapi juga dapat bereproduksi dengan kecepatan tinggi, mengganggu keseimbangan di daratan dan perairan.

"Mereka adalah predator yang tak hanya makan segala macam ikan, tetapi juga amfibi, hewan kecil, katak, kadal," katanya.

Sejak 2002, pemerintah telah mengambil langkah tegas: melarang perdagangan ikan kepala ular dalam bentuk satwa liar (yang masih bernyawa) dan menetapkan hewan ini sebagai spesies non-pribumi yang berbahaya.

"Mereka seperti teror di film horor. Kami percaya bahwa ikan gabus yang muncul di sini (AS) merupakan hasil dari perdagangan atau industri makanan," ujar mantan Menteri Dalam Negeri Gale Norton pada 2002, ketika ia mengusulkan larangan impor ikan gabus hidup ke negara adidaya.

Sebelumnya, ikan gabus pernah dibudidayakan secara bebas di Arkansas hingga larangan tersebut disahkan pada 2002, kata Lynne Parenti, kurator ikan di National Museum of Natural History. Akan tetapi, entah bagaimana caranya, spesies itu masih tiba-tiba muncul di Amerika Serikat, seperti di sebuah kolam di Maryland (pada 2002) dan di pasar-pasar di New York dan Boston, di mana ikan ini banyak dikonsumsi oleh keturunan Tionghoa.

"Mereka pernah menjadi ikan akuarium yang populer, tetapi berubah menjadi sulit untuk dipelihara lantaran sifat mereka yang agresif," ungkap Dr. Parenti.

"Namun penduduk terkadang membuang spesies tersebut dari akuarium pribadi mereka ke perairan dekat jalan, karena mereka tidak lagi ingin merawat makhluk itu," pungkas Robinson.



3.       Ikan Mas

Di Australia, ikan mas dianggap sebagai hama. Padahal di Indonesia ikan mas justru dibudidayakan dan merupakan salah satu penghasilan masyarakat daerah Kawasan Danau dan merupakan Ikan Primadona di Masyakarat. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan bahwa ikan mas memang ikan pengganggu alias invasif.

"Ikan mas aslinya dari China. Di Australia termasuk jenis pendatang atau introduce. Memang di Australia sudah termasuk kategori invasif atau pengganggu. Berbeda dengan di Indonesia. Walaupun jenis pendatang, ikan mas justru dimanfaatkan dan dibudidayakan secara luas," kata peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Haryono saat dihubungi, Sabtu (27/3/2021).

"Secara global, dalam laman GISD (Global Invasive Species Database), ikan mas sudah dikategorikan jenis invasive atau pengganggu," ungkapnya. Dia mengatakan ikan mas juga sudah sangat mengganggu di Sulawesi hingga Papua. Ikan mas mengganggu ikan asli di kawasan tersebut.

Di Sulawesi dan Papua juga sudah termasuk mengganggu ikan asli. "Di Papua, pada Danau Ayamaru, juga terindikasi telah mengganggu ikan pelangi, endemi danau tersebut," ujarnya.

Sebuah penelitian di Australia menemukan, sebanyak 360 juta ekor ikan mas tinggal di saluran air Australia di tahun yang "basah" ini. Sementara di "tahun biasa", jumlah ikan mas bisa turun hingga 200 juta, menurut ilmuwan yang terlibat dalam penyusunan Rencana Pengendalian Ikan Mas Nasional di Australia.

Mereka telah mencatat biomassa dan massa jenis dari ikan yang dikenal dengan sebutan tersebut dalam studi pertama di Australia yang diterbitkan di jurnal Konservasi Biologis. Kelompok peneliti itu telah mengumpulkan data dari 4.831 titik di seluruh tipe habitat ikan mas, seperti sungai, lembah, lahan basah, dan 'billabong' atau muara sungai yang buntu.

Kepala ilmuwan Institut Arthur Rylah Bidang Penelitian Lingkungan, Jarod Lyon mengatakan 96 persen ikan mas yang teridentifikasi ditemukan di daerah pantai timur Australia."Ketika jumlahnya mulai di atas 100 kilogram, per hektar, mulai muncul dampak terhadap segala jenis biota, tumbuhan air, ikan, dan burung dan binatang lainnya."

Ikan mas yang dikenal dengan nama 'common carp' (Cyprinus carpio) di Australia terkenal sebagai ikan pemakan lumpur dan perusak kualitas air. Dr Lyon mengatakan ikan tersebut mengancam keanekaragaman hayati di Australia.

Pemerintah federal Australia mengumumkan akan menggelontorkan dana sebesar A$15 juta untuk meneliti kemungkinan penyebaran virus herpes ikan mas yang dianggap kontroversial pada bulan Mei 2016.

Namun banyak nelayan komersil, seperti Garry Warrick dari Barmera, di 'Riverland' Australia Selatan skeptis terhadap virus herpes ikan mas dan dampak yang ditimbulkan ikan mas mati terhadap spesies lainnya. "Kita tidak akan bisa mengambil semua ikan mas yang ada, bahkan jika ada virus," kata Warrick.

"Kita hanya bisa mengambil 50 persennya dalam jangka panjang, itu kemungkinan yang terbaik." Gary mengaku telah terlibat dalam beberapa eksperimen yang dilakukan tim Rencana Pengendalian Ikan Mas Nasional di sungai 'Riverland' dan khawatir terhadap hasilnya.

"Mereka meletakkan enam ikan mas mati ke sungai untuk melihat dampaknya dan malah membunuh ikan mas yang hidup karena mereka kehabisan oksigen dan airnya berubah menjadi hitam," kata Warrick.

Ikan mas betina dapat menghasilkan 300.000 telur dalam satu kali masa pembuahan dan berpotensi untuk menghasilkan 1 juta telur pada masa pembiakan. Meskipun masih belum jelas apakah pelepasan virus herpes ikan mas akan dilanjutkan, Dr Lyon mengatakan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai teknik kontrol lokasi yang spesifik, seperti kandang dan pemindahan manual.

"Ikan mas berkembang biak karena sungainya tidak mengalir," katanya. "Mereka membawa lumpur ke sungai, jumlahnya sudah terlalu banyak hingga mengalahkan spesies aslinya." Warga 'Riverland' bernama Kym Manning mengatakan telah menyaksikan perubahan kondisi sungai tersebut dari waktu ke waktu.


Posting Komentar untuk "IKAN YANG DISANTAP DI INDONESIA, DIANGGAP HAMA DI LUAR NEGERI"