Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Mobil Nasional selain ESEMKA

 

Mobil Nasional atau Mobnas merupakan sebuah upaya yang sudah dilakukan bangsa ini sejak lama. Saat ini yang sedang digadang-gadang untuk menjadi harapan adalah Esemka yang merupakan produk rakitan anak-anak SMK yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar. Suatu kendaraan bisa dikatakan sebagai calon mobil nasional jika memiliki kandungan lokal yang tinggi antara 50%-90% dan dirakit di Indonesia. Jika kita melihat sejarah, sudah ada beberapa mobil yang merupakan calon mobil nasional.



Maleo

Mobil pertama adalah Maleo, yang dirilis pertama kali sekitar tahun 1993 oleh Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang bekerja sama dengan Rover, perusahaan manufaktur otomotif asal Inggris. Secara keseluruhan, kandungan lokal yang terkandung di dalam mobil ini mencapai sekitar 60 sampai 70 persen.

Mobil yang juga melibatkan B.J. Habibie dalam perakitannya ini sukses membuat 11 rancangan mobil sampai tahun 1997. Namun, lantaran krisis moneter melanda Indonesia, Maleo ikut terkena imbasnya. Perjalanan Maleo sebagai mobil buatan dalam negeri akhirnya terhenti.

Nama Maleo diambil dari burung endemik asal Sulawesi. Mobil ini mulai dirintis pada 1993 oleh Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), dan mulai serius dikembangkan pada 1996. Maleo akan berbentuk sedan. Proyeknya dirancang sebagai mobil terjangkau untuk masyarakat Indonesia, serupa penamaan Volkswagen asal Jerman yang memiliki arti mobil rakyat.

 

Mahesa

Selain Maleo, Indonesia juga punya mobil double cabin versi dalam negeri sendiri. Namanya adalah Mahesa atau biasa disebut AMMDES, mobil buatan Sukiyat yang mengusung konsep mobil pedesaan. Sebagai informasi, nama Mahesa diambil dari bahasa Jawa Kuno yang berarti kerbau. Diharapkan, mobil ini dapat membantu petani layaknya kerbau, yang kuat dan tangguh. Mahesa mempunyai 3 varian, yakni double cabin, pick up, dan kendaraan pengangkut alat pertanian. Uniknya, Mahesa memiliki perangkat PTO (Power Take Off) yang dapat tersambung ke mesin pertanian, sehingga makin memudahkan para petani saat membajak sawah.

Sebelumnya, pada 11 Juni 2018, PT Astra Otoparts Tbk membentuk anak usaha baru, PT Kiat Mahesa Wintor Distributor (KMWD) gabungan dari PT Velasto Indonesia, PT Ardendi Jaya Sentosa, dan PT Kiat Inovasi Indonesia. Lewat perusahaan baru mereka sepakat untuk memproduksi dan mendistribusikan AMMDes melalui dua perusahaan patungan. PT Kiat Mahesa Wintor Indonesia (KMWI) sebagai perusahaan yang merancang, merekayasa, dan memproduksi AMMDes. Kedua, PT Kiat Mahesa Wintor Distributor (KMWD) sebagai perusahaan yang memasarkan, menjual dan mendistribusikan suku cadangnya, serta menyediakan layanan dukungan teknis pasca penjualan. Namun, seiring perjalanan kata “Kiat” hilang dari perusahaan diganti “Kreasi”, menjadikan perusahaan ini entitas baru.



 Beta 97

Senasib dengan Maleo, Beta juga menjadi proyek kendaraan yang kurang berhasil dikembangkan. Pasalnya, sebelum Beta 97 dilempar ke pasaran, proses produksi harus terhalang lantaran masalah krisis moneter yang melanda Indonesia. Padahal, mobil garapan PT Bakrie Motor ini berhasil menarik perhatian publik. Lalu, Beta juga sudah melalui serangkaian tes, seperti tes suspensi, badan kendaraan, sistem elektronika, dan ketahanan terhadap getaran selama sembilan bulan, yang menjadi modal awal peluncuran.

Grup Bakrie melalui Bakrie Brothers pernah menyiapkan mobil Minibus pada tahun 1994. Rancangan mobil ini berjenis Minibus atau MPV, mobil yang dinamakan Beta 97 MPV ini memiliki desain orisinal buatan rumah desain Shado asal Inggris, satu unit mobil contoh sudah dibuat dan diuji coba di Inggris. Pada bulan April 1995 desain Beta 97 MPV selesai dan mulai diperlihatkan ke manajemen Bakrie dan setelah itu, desain tersebut langsung dikembangkan hingga prototipe mobil ini selesai pada tahun 1997. Namun belum sempat keluar, proyek ini tersandung krisis moneter tahun 1998 sehingga tidak jadi dilanjutkan.

 


Timor

Program mobnas paling terkenal milik PT Timor Putra Nasional milik Hutomo Mandala Putra yang didukung penuh oleh pemerintah Suharto melalui kebijakan resmi (Keppres dan inpres). Model pertama adalah Timor S515 yang merupakan Kia Sephia 1995 yang di-rebranding.

Rencanan untuk mengembangkan mobil asli Indonesia diwujudkan dalam program Timor S2. Timor telah menyiapkan sendiri rancangan Mobnas generasi kedua yang dirancang oleh rumah desain Zagato Italia, tetapi terhenti juga langkahnya akibat Krisis Moneter 1998 dan kejatuhan rezim Suharto.

Selain mobil, Tommy Suharto juga sempat menggandeng pabrikan sepeda motor Cagiva dari Italia, untuk memproduksi sepeda motor nasional yang dinamakan Timori. Produk pertama yang akan dilempar ke pasar rencananya adalah Sepeda motor sport 200 cc dari Cagiva.

Mobil ini dirintis pada tahun 1996 oleh PT Timor Putra Nasional dan mendapatkan dukungan penuh dari Soeharto, Presiden Indonesia kala itu. Bahkan, Presiden ke 2 RI ini berencana membangun industri mobil nasional yang tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 1996 melalui Timor. Namun, perjalanan Timor tidak berbeda dengan mobil nasional lainnya. Proyek Timor harus kandas di tengah jalan akibat adanya protes dan gugatan dari industri otomotif besar dunia, seperti Jepang, Amerika Serikat, serta Eropa. Bukan hanya deretan mobil di atas yang pernah muncul sebagai mobil nasional (mobnas) atau asli buatan dalam negeri.

 


FIN

Pernah dengar merek mobil buatan Indonesia ini? FIN merupakan perusahaan yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat dan memproduksi mobil offroad dengan kemampuan jelajah yang tak kalah dengan mobil-offroad merk internasional. Mobil ini sudah banyak dipakai untuk utilitas sarana pedesaan sampai kendaraan untuk keperluan militer atau layanan darurat.

Fin Komodo adalah kendaraan offroad jenis CRUISER yang sangat lincah dan handal untuk digunakan sebagai kendaraan penjelajah. Bobotnya sangat ringan sehingga tenaga yang diperlukan untuk melaju relatif kecil, akibatnya konsumsi bahan bakar relatif irit.

Untuk medan hutan, biasanya jarak tempuh sepanjang 100 km dapat dilalui dalam 6-7 jam dengan konsumsi bahan bakar kurang lebih hanya 5 liter, sedangkan kapasitas tangki 20 liter, sehingga dapat bertahan di dalam hutan selama 7x4 jam atau 4 hari perjalanan siang hari.

Komodo adalah kendaraan segala medan produksi PT. Fin Komodo Teknologi, kendaraan ini di desain untuk menjelajah segala medan dan hanya bermesin 180 cc. Pada tahun 2009 dikeluarkan juga Komodo versi transmisi otomatis dengan mesin berkapasitas 250 cc. pada tahun 2009, Komodo ditawarkan dengan harga antara Rp 60 juta.

Komodo merupakan hasil rancang bangun dari para insinyur yang berpengalaman dalam mendisain dan membangun pesawat terbang, sehingga dihasilkan kendaraan yang ringan dan stabil sebagai hasil kalkulasi formula yang biasa dipakai dalam struktur pesawat terbang, ringan, tetapi kuat.

Komodo menggunakan mesin CVT 250 cc 4 tak otomatis dengan 2 persneling (maju dan mundur) hasil rancang bangun PT. Fin Komodo Teknologi dengan sistem OEM ke pabrikan, sehingga tidak ada kendaraan lain yang boleh memakai mesin hasil rancangan PT. Fin Komodo Teknologi ini tanpa izin tertulis dari PT. Fin Komodo Teknologi.

 


GEA

Mobil GEA buatan Indonesia Cukup diandalkan sebagai kendaraan pedesaan Singkatan dari Gulirkan Energi Alternatif, GEA adalah mobil buatan Indonesia dari PT INKA (Industri Kereta Api) yang berbasis di Madiun. Mesinnya berkapasitas 640 cc dengan teknologi EFI yang ukurannya sangat mungil tapi bentuknay bisa disesuaikan sesuai kebutuhan. Sehingga banyak yang memanfaatkan GEA sebagai mobil desa buatan Indonesia.

Nama-nama seperti Bimantara, Perkasa, Marlip, Arina, Tawon, dan lain sebagainya juga sudah menjajal aspal tanah air. Tetapi sama saja, nasibnya tidak seberuntung mobil-mobil asing.

Itulah deretan mobil yang pernah dibuat oleh anak bangsa. Semoga dengan hadirnya Esemka, bisa membangkitkan gairah anak muda Indonesia untuk menciptakan mobil yang dibutuhkan oleh masyarakat.

 

Jadi, kita tunggu saja kabar baiknya ya.

 

 

Posting Komentar untuk "Mobil Nasional selain ESEMKA"