Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

DIGITAL AMNESIA, SEBUAH FENOMENA GENERASI MILENIAL


 

Apakah Anda sering ‘kehilangan’ kata-kata saat membicarakan sesuatu? Atau apakah Anda pernah mengalami kesulitan saat menyebut nama sebuah tempat, padahal tempat itu sering Anda kunjungi? Atau apakah Anda harus mengandalkan Google untuk mengetahui sebuah informasi? Atau masih ingatkan anda nomor HP pasangan anda atau Nomor HP kedua orang tua anda atau Nomor HP temen – temen dekat anda? Jika dua kasus di atas terasa sangat familiar dengan keadaan Anda, tak perlu khawatir, Anda tidak sendiri.

Kebanyakan dari kita memang sangat bergantung pada teknologi, khususnya ponsel pintar. Dalam perangkat digital itu, kita percayakan data-data penting. Nah ketika gawai hilang, kejadian itu seumpama akhir dari dunia. Kapersky Lab telah meneliti hal tersebut sejak 2015, fenomena itu disebut sebagai amnesia digital (digital amnesia). Hasil penelitian Kapersky Lab menunjukkan 44% pekerja kantoran mengakui mereka membuat catatan secara digital pada saat rapat. Sebagai akibatnya, mereka sering kali tidak memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan pembicara yang tergambarkan secara kontekstual, emosional, ataupun perilaku terkait dengan apa yang dikatakannya. Mereka sering gagal untuk benar-benar memahami makna sebenarnya dari apa yang diungkapkan, padahal sangatlah penting untuk mengingat hal tersebut. Di sisi lain, 13% orang yang disurvei juga mengakui jika kehilangan catatan digital mereka, mereka akan mengalami kebingungan. Jadi nyatanya kalau ada orang yang bergantung pada teknologi digital dan mengaku dirinya seorang multitasker alias bisa melakukan banyak hal sekaligus dengan sama baiknya, jangan langsung percaya. Michael Canavan selaku Head of System Engineering Kaspersky Lab North America berpendapat para 'multitasker' yang mengandalkan teknologi sebenarnya sangat rentan. Selain perkara teknis kehilangan data digital, belakangan ini banyak pelaku kejahatan siber yang menyasar catatan yang terkait dengan kegiatan profesional. Mereka tak hanya menyadap, tetapi juga kerap merusak, mencuri, dan mengubah catatan-catatan korban. "Kita hidup di zaman berteknologi maju dan tidak boleh hanya mengandalkan ingatan kita, tapi pada saat yang sama kita juga tidak seharusnya mengeksklusifkan diri kita kepada teknolog

Sebelum lebih jauh mari kita bahas terlebih dahulu arti dari Digital Amenesia. Digital Amnesia merupakan ketergantungan seseorang terhadap kecanggihan teknologi untuk mengingat berbagai macam informasi dan menganggap bahwa informasi apapun tersedia di Internet sehingga tidak perlu lagi untuk mengingatnya. Oleh karena itu otak jarang terlatih untuk mengolah informasi mentah menjadi sebuah ingatan. Padahal proses tersebut sangat penting dalam pembentukan sel – sel syaraf baru. Semakin jarang diasah fungsi otak untuk memproses memori jangka panjang akan menurun.

Secara singkat, digital amnesia membuat Anda berpaling kepada internet sebagai tempat pertama untuk mencari jawaban atas apa pun yang ingin Anda ketahui. Anda tidak lagi terlebih dahulu berusaha mengingat sendiri informasi tersebut dengan cara mengingat-ingatnya dari memori otak Anda. Efek dari digital amnesia, informasi yang Anda dapatkan pun biasanya akan segera Anda lupakan begitu Anda selesai menggunakannya. Inilah yang menjelaskan kenapa Anda umumnya masih bisa mengingat nomor telepon orang-orang yang Anda hapal di masa kecil Anda (meski Anda tidak pernah lagi menelepon mereka). Sebaliknya, Anda nyaris tidak bisa mengingat nomor telepon orang yang Anda kenal di masa dewasa Anda. Bahkan meski saat ini Anda masih sering menelepon mereka. 

Fenomena tersebut belakangan banyak ditemui terutama pada generasi millennial. Digital amnesia terjadi ketika kita sebagai pengguna, membiarkan teknologi, internet dan semua perangkat yang berhubungan dengan internet mengubah cara hidup kita sehari-hari dan cara kita berinteraksi dengan orang lain. Saking canggihnya teknologi dan peralatan elektronik yang kita miliki, kita pun tanpa sadar mulai memercayakan semua informasil personal yang kita miliki, termasuk nomor kontak dan foto-foto pribadi kepada alat-alat tersebut. Suatu saat ketika kita memerlukan informasi tersebut, kita pun dengan mudahnya bisa “memanggil” informasi yang kita butuhkan. Kapan pun, di mana pun, cukup dengan menekan beberapa tombol. Begitu juga saat – saat kejadian penting, seperti rapat atau sedang melakukan sosialisasi dan berbagai kegiatan lainnya saat ini, banyak yang hadir dengan menyalakan ponsel pintarnya dan langsung merekamnya dan kurang memperhatikan jalannya rapat atau kegiatan tersebut.

Meski terdengar keren dan sangat efisien, jika kita terus-terusan mengandalkan kemampuan teknologi dan aset-aset digital untuk mengingat hal-hal yang sebenarnya penting, perkembangan otak, perilaku dan kemampuan berpikir kita pun akan terpengaruh.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harvard dan University of Columbia menunjukkan bahwa kemudahan untuk mengakses informasi melalui internet, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, telah membuat kemampuan mengingat anak-anak muda di Amerika berubah. Kalau dulu otak kita menyimpan fakta-fakta yang ingin kita ingat, sekarang, kita mungkin tidak lagi mengingat fakta tersebut. Tapi anehnya, kita bisa dengan mudah mengingat di mana informasi tersebut tersimpan di internet. Para peneliti menyebut hal ini sebagai “Google Effect.”

 

Posting Komentar untuk "DIGITAL AMNESIA, SEBUAH FENOMENA GENERASI MILENIAL"