TEKNOLOGI KUNO BANGSA INDONESIA
Pada zaman dahulu kala, nenek moyang kita ternyata
telah banyak menemukan teknologi-teknologi canggih, namun banyak orang Indonesia
sendiri tidak menyadarinya. Ternyata penemuan teknologi tersebut masih tetap
ada dan tetap kita gunakan hingga saat ini
Begitu banyaknya inovasi yang diciptakan seiring
perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, membuat kebanyakan orang mengira
bahwa teknologi baru hadir sekarang-sekarang ini saja.
Padahal, faktanya beberapa teknologi yang kamu dapat
nikmati sekarang ini sudah ada sejak zaman dahulu lho, Meski udah kemakan
zaman, bukan berarti semua teknologi kuno udah enggak guna lagi. Hebatnya,
sampai sekarang teknologi tersebut masih banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa teknologi kuno asli Indonesia yang
terus digunakan sampai sekarang karena jadi inspirasi bagi teknologi dan
perkembangan ilmu pengetahuan masa kini. Berikut ini adalah teknologi yang
sudah ada dari zaman dahulu :
1. Teknologi
Arsitektur
a. Borobudur

Borobudur
merupakan candi yang diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 824 Masehi oleh
Raja Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra. Borobudur merupakan
bangunan candi yang sangat megah. Tidak dapat dibayangkan bagaimana nenek
moyang kita bisa membangun candi yang begitu besar dan berdiri kokoh. Tak
terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang membentuk Borobudur ini dibentuk sedemikian
rupa dan diangkut ke atas areal pembangunannya di atas bukit. Bahkan dengan
kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit sekali membangun sebuah candi yang
mampu menyamai candi Borobudur.
Usut punya usut, Candi Borobudur
ternyata mengadopsi konsep fraktal, yaitu bentuk geometris yang memiliki
elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan. Hal unik lainnya
dari Candi Borobudur adalah keberadaan stupa raksasa di inti candi, yang di
dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil dan jumlahnya enggak
terhingga.
b. Rumah
Gadang

Orang zaman dulu ternyata udah berpikiran futuristik dalam membangun rumah. Konstruksi Rumah Gadang ternyata telah dirancang untuk menahan gempuran gempa bumi. Rumah Gadang di Sumatera Barat udah ngebuktiin ketangguhan bangunan yang memiliki daya lentur saat terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di atas 8 skala richter.
Menurut Darmansyah, ahli konstruksi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sumatera Barat, menyebutkan dari sisi ilmu konstruksi rumah Gadang jauh lebih maju setidaknya 300 tahun dibandingkan konstruksi lain di dunia pada zamannya. Rumah Gadang di Sumatera Barat ini membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi yang memiliki daya lentur dan sangat tahan jika terjadi guncangan gempa berkekuatan hingga di atas 8 skala richter.
Rumah
Gadang tidak menggunakan paku sebagai penyambung kayu – kayu bangunan tersebut,
tetapi berupa pasak sebagai sambungan membuat bangunan bersifat lentur. Selain
itu kaki atau tiang bangunan bagian bawah enggak menyentuh tanah. Tapak tiang
dialas dengan batu sandi yang berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari
tanah, sehingga enggak mempengaruhi bangunan di atasnya. Meski ada gempa, Rumah
Gadang hanya akan berayun atau bergoyang mengikuti gelombang yang ditimbulkan
gempa.
2. Teknologi
Perkapalan

Sebelum teknologi pelayaran dikuasai bangsa Eropa, Indonesia telah memiliki teknologi perkapalan yang menakjubkan. Hal ini diakui oleh seorang astronomer kesohor dari Yunani bernama Claudius Ptolemaeus menyebutnya kolandiaphonta, yang berarti kapal dari Sumatera atau Jawa
Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing dari Kanton ke Nalanda di India Selatan menyebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di laut Selatan. Berdasarkan relief kapal di candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita telah mneguasai teknik pembuatan kapal.
Kapal
Borobudur telah memainkan peran utama dalam segala hal pelayaran selama ratusan
tahun sebelum abad ke-13. Memasuki abad ke-8 awal, kapal Borobudur mulai
digeser kapal Jung Besar Jawa dengan tiga atau empat layar sebagai jung. Kata
“jung” digunakan pertama kali dalam
perjalanan rahib Odorico, John de Marignolli, dan Ibnu Battuta berlayar ke
Nusantara abad ke-14. Mereka memuji kehebatan kapal Jawa raksasa itu sebagai
penguasa laut Asia Tenggara. Diceritakan juga bahwa kapal ini saking kuatnya
bisa menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.
3. Teknologi
Penempaan Logam

Sebenarnya, teknologi logam udah
berkembang dari zaman dulu. Terutama saat zaman kerajaan Hindu/Budha yang
menggunakan senjata logam seperti pedang. Para empu alias pandai besi sudah
mengenal berbagai kualitas kekerasan logam. Bentuk keris yang dibuat bisa
dibilang memiliki teknologi penempaan besi yang hebat untuk hitungan sebuah
teknologi kuno.
Pada masa lalu keris berfungsi
sebagai senjata dalam duel/peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap
sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori
(ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda
koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Penggunaan keris tersebar pada
masyarakat penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti
Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatra, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi,
Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao). Keris
Mindanao dikenal sebagai kalis. Keris di setiap daerah memiliki kekhasan
sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.
Keris Indonesia telah terdaftar
di UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia sejak 2005, Keris dibuat
dengan teknik penempaan, bukan dicor. Teknik penempaan disertai pelipatan
berguna untuk mencari kemurniaan besi. Keris yang dibuat dengan teknik besi
melipat emang terlihat sulit. Namun, senilai dengan prosesnya yang unik dan
menarik. Ditambah, ukiran pada keris yang detail.
Pemilihan batu meteorit yang
mengandung unsur Titanium juga merupakan penemuan nenek moyang kita yang
mengagumkan. Titanium lebih dikenal sebagai bahan terbaik untuk membuat keris
karena sifatnya yang keras, kuat, ringan, tahan panas, dan juga tahan karat.
Logam ini juga lebih kuat, tapi lebih ringan, sehingga cocok untuk jadi
senjata.
4. Teknologi
Robot Tradisional Nusantara

Sejak
zaman dahulu, masyarakat Toba di Sumatra Utara memiliki kesenian tradisional
layaknya pertunjukan robot tradisional yang dikenal dengan sebutan si
Gale-gale. Robot yang menyerupai boneka ini memiliki sistem tali yang saling
menyambung. Tali tersebut ditarik ulur hingga dapat membungkuk dan menggerakan
tangannya layaknya menari.
Diiringi musik tradisional khas
Batak, boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi
kostum tradisional. Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan
mulutnya dapat bergerak, tangan-tangannya mirip seperti manusia yang menari. Si
Gale-gale menjadi bukti kalau nenek moyang kita sudah dapat membuat boneka
mekanikal atau robot meski dalam bentuk yang sederhana.
Mengenai asal-usul patung
sigale-gale sebenarnya masih ada perdebatan di masyarakat Samosir. Ada yang
mengatakan ini hanya cerita turun temurun. Tidak pernah terjadi. Namun, ada satu
daerah di Samosir, mengklaim sigale-gale pertama dibuat oleh Raja Gayus
Rumahorbo dari desa Garoga. Keturunan Raja Gayus ini mengatakan, sigale-gale
pertama dibuat pada tahun 1930. Pada tahun 1930-an, Sigale-gale pernah
dimainkan oleh dalang legendaris bernama Raja Gayus Rumahorbo dari Kampung
Garoga Tomok. Raja Gayus dikenal mampu membuat patung Sigale-gale yang
mengeluarkan air mata dan punya kemampuan mengusapkan ulos (kain tenunan Batak)
yang disandangkan sebelumnya di bahu sang boneka kayu.
5. Teknologi
Pengusir Hama dengan Gelombang Suara

Pada bidang pertanian, nenek
moyang kita juga telah menciptakan teknologi yang bernama karinding. Teknologi
tersebut berguna sebagai pengusir hama. Enggak hanya itu, karinding juga bisa
digunakan sebagai alat musik tiup untuk hiburan. Karinding juga masih digunakan
oleh masyarakat Sunda hingga sekarang. Alat ini terbuat dari pelepah kawung
atau bambu berukuran 20 x 1 cm. Suara yang dihasilkan oleh karinding menghasilkan
gelombang berdesibel rendah yang bisa mengganggu konsentrasi hama dan bikin
mereka panik sehingga enggak berani datang lagi. Enggak kayak pestisida, alat
pengusir hama tradisional ini aman bagi lingkungan.
Fungsi awalnya merupakan alat
pengusir rasa bosan para petani pada saat menunggu padi di sawah dari serangga
atau burung pemakan padi. Perkembangan berikutnya adalah sebagai fungsi sosial,
yaitu sebagai salah satu bagian dari kekayaan alat musik tradisional masyarakat
Sunda. Di kalangan rakyat umum, karinding adalah alat musik pertanian dan alat
ritual yang dimainkan dalam berbagai acara. Di kalangan para pemuda Tatar
Sunda, karinding populer sebagai alat musik pergaulan. Di Banten, karinding
dimainkan sebagai alat musik permainan anak-anak
6. Pemanfaatan
Bioteknologi untuk Makanan

Tempe adalah makanan khas
Indonesia yang terbuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa
bahan lain yang menggunakan beberapa jenis Jamur Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (jamur roti), atau Rh. arrhizus.
Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Sebenarnya mengolah kedelai
dengan ragi juga dilakukan di negara lain seperti China, Jepang, India, dan
negara asia lainnya. Uniknya, hanya tempe sebagai olahan kedelai asal Indonesia
yang menggunakan Rhizopus. Bisa dibilang, kemampuan membuat tempe kedelai
merupakan penemuan asli masyarakat Indonesia.
Tempe yang dulunya menjadi
makanan khas Indonesia, kini udah dicari di dunia. Bahkan kaum vegetarian dunia
sekarang berlomba-lomba memproduksi tempe sebagai kebutuhan makanan
sehari-hari, mengingat proses pembuatan tempe yang sangat mudah dan enggak
terlalu banyak modal. Belum lagi karena banyaknya zat besi yang terkandung pada
tempe.
Posting Komentar untuk "TEKNOLOGI KUNO BANGSA INDONESIA"