Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Tetaplah Bekerja Keras, Berbuat Baik dan Sayangi Keluarga

 


Tetaplah Bekerja Keras, Berbuat Baik dan Sayangi Keluarga

Suatu hari aku mendapatkan surat dari HRD setelah kubaca ternyata surat mutasi untukku ke kantor cabang. Pekanbaru, itulah nama kota yang akan aku tinggali selanjutnya. Kota ini sungguh asing bagiku Karena aku belum pernah sama sekali berkunjung ke kota ini. Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas Timur Sumatra, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi. Pekanbaru telah menjadi kota keempat berpenduduk terbanyak di Pulau Sumatra, setelah Medan dan Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya.

Hari yang ditunggu pun tiba dan saatnya aku akan meninggalkan kota Jakarta, Kota dimana aku tinggal untuk mengenyam pendidikan, hampir 6 Tahun aku dihidup di Jakarta, setelah lulus dari SMA aku melanjutkan kuliah di Salah satu Universitas Negeri di Jakarta, tidak di Jakarta sich, Cuma pinggiran Jakarta… (Hehehe Depok Lebih tepatnya) Di kota ini aku…… (Sudahlah di saat kuliah ga usah kita bahas disini, nanti kita tulis cerita khusus saat masih kuliah. Hehehe)

Setelah tiket pesawat dan semua perlengkapan untuk pindah kota telah siap akupun berpamitan dengan teman – temanku dan saudara – saudaraku yang ada di Jakarta. Sesampainya di bandara akupun langsung cek in pada conter pesawat yang akan ku tumpangi setelah itu akupun duduk di ruang tunggu Penumpang. Sepeti biasa saat di ruang tunggu aku mencari tempat duduk yang ada di Pojokan kebetulan kursi yang ada disitu lagi kosong, akupun mengeluarkan buku yang ada di tasku lumayan untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu. Saking asiknya membaca buku tanpa sadar sudah ada orang disampingku (kapan duduknya orang ini pikirku, Koq sama sekali ga tau aku)

Akhirnya akupun ngobrol menanyakan tentang bagaimana suasana Pekanbaru, diapun menceritakan tentang Kota Pekanbaru yang penuh dengan kedamaian, kota yang bersih, Kota yang masyarakatnya berbudaya melayu dan masyarakatnya mayoritas bersuku Minang. Selain itu Pekanbaru merupakan kota yang panas ( Masa sich? Pikirku, tapi masuk akal juga karena daerah minyak)

Akhirnya akupun menjadi warga kota Pekanbaru, di kota ini aku menempati rumah di daerah Jalan Sudirman tidak jauh dari kantorku, hitung- hitung olah raga pagi karena setiap pagi harus jalan kaki saat pergi ke kantor… (Padahal karena blm punya kendaraan….hahahaha)

Lama berselang akupun menjadi betah dengan kota ini, aku sungguh nyaman di kota ini, seperti kota kelahiranku sendiri. Entah apa yang membuat sehingga aku sangat nyaman di kota ini.

Suatu ketika di pagi hari ketika kantor masih sepi, tiba – tiba datang tamu untuk menanyakan beberapa produk Asuransi yang kami layani dikantor kami, aku lihat dari ruanganku ada dua orang yang satu Pria tua ya mungkin berumur sekitar 50an dan seorang gadis yang mungkin seusiaku. Akupun menghampiri, mempersilahkan masuk dan menjelaskan satu per satu produk Asuransi yang ada di Kantorku. Wanita tersebut bertanya padaku sepertinya kita pernah ketemu. Akupun coba mengingat ingat (sambil memejamkan mata dan menaruh tanganku ke muka) dan akhinya akupun mengingat gadis tersebut. Dia adalah Mira yang pernah ketemu dan ngobrol di bandara saat di ruang tunggu bandara. Sejak saat itu kamipun lebih sering komunikasi saling tukar pikiran, cerita apa saja  dan akhirnya kamipun menjalin hubungan.

Setelah lama menjalin hubungan akhirnya kamipun menikah walaupun dengan proses yang sangat panjang, Keluarga mira yang semua menolakku untuk menjadi suami mira Selain ibunya Mira. Pernikahan kamipun berlangsung sederhana saja hanya dihadiri kedua orang tua ku, kedua orang tua mira dan beberapa temen saja. Aku dan mira tidak mempermasalahkan akan hal itu.  Yang terpenting menurut kami sah menurut agama saja sudah cukup. Penolakan keluarga mira memang bukan tanpa Alasan. Selain pekerjaan ku yang kurang bergengsi menurut mereka, akupun dari keluarga yang biasa aja sangat jauh dari kehidupan mewah seperti kehidupan mereka.

Setelah lima tahun menikah kamipun memiliki Putra dan Putri yang sangat lucu dan menggemaskan, Putra  pertamaku kuberi nama Chiko, sedangkan anak keduaku kuberi nama Cindi, dan anak yang ketiga kuberi nama Cantika. Kami sangat bahagia hidup berlima sekarang, hidup kami penuh dengan kesederhanaan, istriku mira tak sekalipun dia marah atau menyesal hidup denganku.

Tapi yang membuatku sedih adalah ketika melahirkan anak ketigaku, entah kenapa kaki istriku tidak dapat di gerakkan dan mengalami kelumpuhan. Kami tidak tau apa penyebabnya. Menurut dokter ada beberapa hal yang membuat terjadinya kelumpuhan pada wanita saat melahirkan walaupun itu sangat rendah sekali persentasenya, yang antara lain : Malpraktek, Pendarahan,  Suntikan Epidural, retak tulang panggul, Saraf Kejepit dan Kurangnya Kalium. Akan tetapi istriku tidak pernah  merasakan sakit pada kaki atau punggungnya, Cuma kakinya seperti tidak bertenaga saja. Sejak saat itu Istriku menggunakan Kursi Roda.

Demi focus mengurus anak dan istriku akupun memilih resign dari pekerjaanku, aku memilih untuk membuka usaha kecil – kecilan. Sehubungan  dengan rumahku yang sangat dekat dengan kampus, aku membuka usaha Fotokopi dan Stasioneri. Selain itu aku juga melakukan usaha Jual beli rumah dan mobil. Hasil dari usahaku ini cukup untuk membiayai hidup kami  dan selebihnya di tabungan, untuk tabungan haji dan tabungan jaga jaga.

Kehidupan kami memang tak semewah dengan saudara – saudara kami yang lainnya, tapi aku sudah cukup bersyukur atas apa yang kumiliki, Seperti : Rumah, mobil, motor  dan tanah perkebunan serta penghasilan yang cukup. Aku merasa sangat bahagia dengan kehidupanku.

Setiap hari aku mengurus ke tiga anakku dan istriku mulai dari memandikan, memberikan makan dan membereskan rumah. Untuk urusan masak memasak aku memakai orang untuk memasak untuk kebutuhan kami (soalnya ga pande masak..Hehe). Di setiap hari Libur kami selalu makan di luar di tempat pavorit kami dan pergi bertamasya atau sekedar maen di Taman.

Sejak kami menikah, keluarga dari Istriku jarang sekali berkunjung kerumah kami. Akan tetapi kami tidak sedikitpun merasa kecil hati. Justru kami yang selalu berkunjung kerumah mertuaku dan saudara – saudara istriku walaupun hanya sebentar. Sejak istriku sakitpun kami tidak pernah melewatkan untuk selalu berkunjung ke rumah mertua dan suadara – saudaranya. Untuk mempererat tali silaturahmi.

Dua tahun sejak istriku mengalami kelumpuhan satu persatu saudara istriku mulai menerimaku, dan tak lagi menganggapku sebelah mata. Bahkan yang tadinya mereka tidak mau berkunjung kerumah kami sekarang sudah mulai sesekali berkunjung. Bahkan kedua orang tua istriku jadi rutin berkunjung kerumah kami. Kehidupan kamipun menjadi lebih bahagia.

Note : Tetaplah Bekerja Keras, Berbuat Baik dan Sayangi Keluarga

(Kisah Nyata dengan Sedikit Perubahan, Labura 8 Desember 2020)

Posting Komentar untuk "Tetaplah Bekerja Keras, Berbuat Baik dan Sayangi Keluarga"