Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Analisis Unsur Intrinsik Puisi Selamat Tinggal Karya Chairil Anwar

 

PUISI AKU BERKACA

Analisis Unsur Intrinsik Puisi Selamat Tinggal Karya Chairil Anwar 

Karya sastra mempunyai ciri khas tersendiri terutama ciri dari karya sastra yang berbentuk puisi. Ciri Khas dari puisi jika dibandingkan dengan sastra lainnya adalah puisi merupakan karya sastra yang singkat. Hubungannya berkaitan dengan rasa, majas dan bahasa kiasan, dibacanya pun harus menguasai teknik membaca supaya pesan yang ada dalam puisi tersebut dapat tersampaikan. Jika pembaca telah mengetahui, kemudian memahami sebuah puisi, maka diharapkan ia dapat menjiwai puisi dengan baik. 

Disini saya mencoba memilih untuk menganalisis sebuah karya sastra puisi “aku berkaca atau selamat tinggal”, Disini saya menggunakan ini menggunakan metode deskritif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis unsur intrinsik pada puisi karya Chairil Anwar yang kemudian dideskripsikan secara menyuluruh dari 7 unsur tersebut, dari hasil penelitian ini terdapat beberapa unsur intrinsik puisi diantaranya yaitu :

  1. Menganalisis tema dari puisi
  2. Diksi
  3. Rasa
  4. Nada
  5. Suasana
  6. Majas
  7. Amanat. 

Hasil dari analisis unsur intrinsik puisi yang telah peneliti laksanakan ini terdapat makna yang terkandung dalam puisi “aku berkaca” yang menggambarkan perjuangan masa lalu untuk mencapai masa masa depan.

Struktur Puisi Selamat Tinggal

Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan, struktur puisi dibagi menjadi:

1. Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut :

a. Tipograpi

Tipografi merupakan bentuk puisi yang seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan tidak selalu diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. Contoh pada puisi Chairil Anwar di bawah ini:

SELAMAT TINGGAL

Aku berkaca

ini muka penuh luka

siapa punya

kudengar seru menderu dalam hatiku

apa hanya angin lalu

lagu lain pula

menggelepar tengah malam buta

Ah

segala menebal

segala mengental

segala tak kukenal

selamat tinggal

b. Diksi

Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Contoh seperti pada bait: “Menggelepar tengah malam buta”. Makna dari kata menggelepar tersebut bisa terdengar atau muncul, dibandingkan dengan kata terdengar ataupun muncul, kata “Menggelepar” keselarasan bunyinya jauh lebih indah.

c. Imaji

Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Contohnya pada bait: “Ini muka penuh luka”. Dari bait tersebut, pembaca seakan melihat luka yang pernah dialami dalam hidup si penyair.

d. Kata Kongkret

Kata kongkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “Luka” melambangkan masa lalu yang buruk yang pernah dialami si penyair.

e. Majas

Bahasa figuratif yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Contohnya pada  bait “Ini muka penuh luka”, majas yang digunakan adalah majas hiperbola yaitu melebihkan atau membesar-besarkan suatu hal, dimana “muka penuh luka” seakan-akan seluruh muka dipenuhi dengan luka.

f. Versifikasi

Versifikasi yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:

  • Onomatope, yaitu tiruan terhadap bunyi, misalnya /ah/ yang memberikan efek memelas.
  • Bentuk intern pola bunyi, yaitu aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya. Pada puisi di atas banyak menggunakan persamaan akhir pada bait.
  • Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

 

2. Struktur Batin Puisi

Adapun struktur batin puisi terdiri dari sebagai berikut.

1)  Tema

Tema yaitu pokok permasalahan yang diceritakan dalam puisi tersebut. Tema dari puisi di atas adalah “Melupakan masa lalu”. Hal ini dibuktikan pada bait “Selamat tinggal” yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut ingin melupakan masa lalunya yang kelam.

2)  Rasa 

Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Dalam puisi ini perasaan yang diungkapkan oleh penyair adalah rasa optimis untuk dapat melupakan masa lalunya.

3)  Nada 

Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada yang digunakan dalam puisi ini adalah pelan penuh semangat agar pembaca dapat merasakan rasa sadar penyair terhadap masa lalunya yang kelam dan ingin melupakannya masa lalu tersebut.

4)  Amanat

Amanat yaitu pesan yang ingin diungkapkan oleh penyair dalam puisi tersebut. Adapun pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca dalam puisi di atas adalah agar melupakan masa lalu. Masa lalu yang kelam itu hendaklah dijadikan pelajaran untuk masa depan. Hal itu dibuktikan pada bait-bait dalam puisi tersebuT

Posting Komentar untuk "Analisis Unsur Intrinsik Puisi Selamat Tinggal Karya Chairil Anwar"